Tampilkan postingan dengan label Balinese Cultural. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Balinese Cultural. Tampilkan semua postingan

Jumat, 29 Mei 2020

Ketika Ayah Mencari Nafkah


 

Ini adalah cerita dua orang dari generasi berbeda. Roda kehidupan membawa kisah keduanya kembali terulang. Kisah yang sama saat mencari nafkah

 

Kembali sekali lagi saya duduk di teras Balai Kota Tangerang Selatan di siang yang terik. Rutinitas ini telah saya lakoni kurang lebih selama empat bulan sejak kantor memindahkan saya ke kota kecil di barat daya Jakarta.

 

Siang itu saya tidak sendiri, di sebelah saya juga berjejer rekan rekan sesama pemburu berita. Mereka, bersama saya, tentunya menanti kapan agenda wali kota akan dimulai. Sambil mengisi waktu, kami bercanda, mengobrolkan apa saja. Mulai dari corona hingga kasus begal remaja.

 

Tiada satu hari pun kami lewatkan dengan perbicangan mengenai isu-isu hangat di kota itu. Begitulah hari-hari saya selama tiga tahun belakangan. Bangun pagi, berangkat ke lokasi liputan, ngobrol dengan teman-teman, mewawancarai narasumber –yang kebanyakan pejabat dan orang penting di kota ini- kemudian menuliskannya menjadi berita.

 

Saya senang sekaligus kadang merasa lelah menjalani rutinitas ini. pernah suatu ketika terpikir untuk ganti pekerjaan namun yang saya bisa hanya menulis. Saya tak pernah cocok menjadi pegawai kantoran. Pekerjaan idaman bagi seluruh mertua di kolong jagat.

 

Lambat laun menjalani pekerjaan ini, saya jadi teringat apa yang ajik (ayah) saya lakukan ketika saya masih kecil. Sebagai tulang punggung keluarga, ajik setiap hari menghabiskan waktu menyapa turis-turis asing di tepi pantai sanur. Pagi-pagi sekali ia berangkat, dan pulang menjelang malam hari.

 

Seperti yang saya jalani, ia juga menanti turis bersama teman-temannya. Bedanya, saya menanti narasumber. Dapat atau tidak, kantor tetap membayar saya setiap bulan.

 

Sedangkan ajik, ia menanti turis yang lewat. Ketika tidak ada turis yang bisa diantar keliling Bali, di titik itu artinya tidak ada penghasilan bagi keluarga kami.

 

Biasanya ia menawarkan jasa transportasi. Siap mengantar turis asing itu pergi ke manapun menggunakan mobil toyota kijang butut, harta pertama yang ia beli bersama ibu ketika awal-awal menikah.

 

Good afternoon, transport, please?” kata ajik setengah berteriak menawarkan jasa transportasi. Tangannya memperlihatkan pose tengah memegang kemudii mobil. Rutinitas itu ia jalani berulang-ulang dan tentu saja tidak ada hari libur baginya.

 

Hari ini, 29 Mei 2020, Ajik berulang tahun ke-52. Saat yang matang untuk masuk ke usia senja. Tentu saja kini ia tak perlu lagi menanti turis di tepi jalan. Anugrah Hyang Widi membawa kehidupan keluarga kami menjadi jauh lebih baik. Tidak lagi sesulit dulu.

 

Mungkin yang ia harapkan kini hanya menimang seorang cucu pertama dari kami, ketiga anaknya. Sebelum itu terwujud, minimal kami bisa mengucapkan selamat ulang tahun. Semoga Ida Sang Hyang Widi Wasa senantiasa melimpahkan karunia dan umur yang panjang. Dengan begitu, ajik masih punya kesempatan untuk melihat kami berjuang dan membawa cucu masing-masing.

Read More

Jumat, 27 Juli 2012

Perbanyak, Ruang Hijau pada Rumah Tradisional Bali

Sejak satu dasawarsa belakangan ini kita rasakan bahwa perubahan iklim maupiun cuaca kian tidak menentu. Pada saat sudah waktunya datang musim penghujan, musim kemarau yang kering kerontang belum juga beranjak pergi. demikian juga sebaliknya. kondisi seperti ini tentu memicu merebaknya berbagai macam penyakit dan kian menjamurnya bakteri yang bisa merugikan manusia. Perubahan iklim yang tidak menentu ini pun menyebabkan banyak orang jatuh sakit. Penyakit yang sering muncul pada saat cuaca tidak menentu ini biasanya adalah pilek, flu, demam dan masih banyak lagi. 


Posisi atau letak geografis Indonesia yang berada diantara dua benua dan samudra mengakibatkan Indonesia menjadi sangat unik dan sekaligus menyebabkan fluktuasi iklim. Faktor lainnya adalah semakin berkurangnya ruang hijau baik di perkotaan ataupun di pedesaan. Akibatnya terjadi global warming yang menyebabkan suhu di bumi ini naik sekitar 0,74 + 0,18° C  selama seratus tahun terakhir dan berimbas pada cairnya es yang ada di kutub utara dan kutub selatan. Isu global warming ini telah menjadi isu global dan sangat perlu mendapat perhatian serius dari seluruh masyarakat dunia. Jika keadaan ini terus menerus dibiarkan maka para ilmuwan memperkirakan bahwa suhu bumi akan naik 1,4 - 3° C  pada tahun 2050. Bisa dibayangkan bagaimana wajah bumi saat itu, kekeringan melanda dan ancaman naiknya permukaan air laut yang mengakibatkan semakin banyak pulau-pulau kecil tenggelam, permukaan daratan pun akan semakin terkikis oleh air laut, serta kebakaran hutan akibat kekeringan yang berkepanjangan. Saya rasa kita semua tidak menginginkan kondisi seperti itu benar-benar terjadi nantinya. Tidak akan terjadi!

Masih ada waktu untuk berbenah dan menyelamatkan bumi ini dari ancaman global warming, kendati dampak global warming sudah dirasakan semakin meluas. Angin segar datang dari sebuah penelitian empat  orang siswa SMA Negeri 3 Denpasar, seperti yang dilansir oleh VOA di website resminya yang berjudul "Ruang Hijau Rumah Bali Serap 154 Ton CO2/Hari" siswa-siswi tersebut meneliti tentang peranan ruang hijau yang terletak di belakang rumah tradisional Bali atau disebut dengan tebe ternyata mampu menyerap gas buang karbondioksida sampai sekitar 154.000 Kg sehari. Penelitian yang dilakukan dalam waktu yang tidak sebentar tersebut menunjukkan bahwa ruang hijau di belakang rumah tradisional masyarakat Bali kebanyakan sangat ampuh untuk mengurangi jumlah gas karbondioksida yang menjadi salah satu gas penyebab global warming selain chlorofluorocarbon (CFC). Jumlah tersebut sangatlah membantu dalam upaya mengurangi kadar karbondioksida di udara. 

Tebe sesungguhnya adalah suatu lahan atau pekarangan yang cukup luas dimana umumnya terdapat di belakang rumah tradisional masyarakat Bali. Menyerupai hutan mini yang terdapat berbagai macam pepohonan, masyarakat tradisional Bali umumnya menanam pohon pisang, kelapa, ubi, dan pelbagai tanaman lainnya yang bisa dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari. secara tidak langsung menurut hasil penelitian, tebe ternyata memberikan manfaat lebih selain urusan dapur dan rumah tangga. keberadaan tebe mampu mengurangi jumlah karbondioksida dan menurunkan suhu disekitar tebe sehingga tidak heran hawa sejuk langsung terasa ketika kita menjejakkan kaki di rumah tradisional Bali yang dibelakangnya memiliki tebe.

Sayangnya keberadaan rumah tradisional Bali yang memiliki tebe sudah semakin jarang ditemui. Banyaknya penduduk dan tidak diimbangi tersedianya lahan yang cukup membuat tebe sekarang sudah sangat langka. Ini menjadi tugas kita bersama untuk menambah ruang hijau pada wilayah perkotaan maupun di pedesaan agar mengurangi jumlah karbondioksida di udara sekligus membuat udara disekitar menjadi bersih dan kaya akan oksigen. Dimulai dari rumah tradisional Bali dengan konsep kearifan lokalnya sangat mungkin diterapkan di wilayah lain dengan menyisakan sedikit pekarangan rumah untuk dijadikan ruang hijau pemasok oksigen. Menilik masih banyak lahan hijau di pulau seperti Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Kita harus menjaga dengan baik lahan hijau tersebut agar dampak global warming dapat kita cegah mulai dari sekarang sebelum semuanya terlambat untuk disesali kemudian.
Read More

Selasa, 26 April 2011

Pagerwesi


Halo pembaca ,

Setelah lama tidak nge-blog,akhirnya muncul inisiatif untuk memposting sesuatu yang berkaitan dengan budaya Hindu.pada postingan kali ini saya akan membahas sedikit perayaan / hari raya yang kebetulan sekarang sedang dirayakan oleh umat Hindu Bali ,tepatnya pada tanggal 27 April 2011 ini.
Hari raya Pagerwesi berkaitan dengan hari raya Sarasvati yang dirayakan umat Hindu 4 hari sebelumnya,Pagerwesi jatuh pada hari Rabu kliwon wuku Sinta.
Dalam sistim kalender wuku yang berlaku di Bali, wuku Watugunung adalah urutan wuku yang terakhir dari 30 wuku yang ada, sedangkan wuku Sinta adalah wuku dalam urutan pertama atau awal dari suatu siklus wuku.
Kata "pagerwesi" artinya pagar dari besi. Ini me-lambangkan suatu perlindungan yang kuat. Segala sesuatu yang dipagari berarti sesuatu yang bernilai tinggi agar jangan mendapat gangguan atau dirusak.

Hari Raya Pagerwesi sering diartikan oleh umat Hindu sebagai hari untuk memagari diri yang dalam bahasa Bali disebut magehang awak. Nama Tuhan yang dipuja pada hari raya ini adalah Sanghyang Pramesti Guru.

Sanghyang Paramesti Guru adalah nama lain dari Dewa Siwa sebagai manifestasi Tuhan untuk melebur segala hal yang buruk. Dalam kedudukannya sebagai Sanghyang Pramesti Guru, beliau menjadi gurunya alam semesta terutama manusia. Hidup tanpa guru sama dengan hidup tanpa penuntun, sehingga tanpa arah dan segala tindakan jadi ngawur.

Dalam lontar Sundarigama disebutkan:

"Budha Kliwon Shinta Ngaran Pagerwesi payogan Sang Hyang Pramesti Guru kairing ring watek Dewata Nawa Sanga ngawerdhiaken sarwa tumitah sarwatumuwuh ring bhuana kabeh."

Artinya:

Rabu Kliwon Shinta disebut Pagerwesi sebagai pemujaan Sang Hyang Pramesti Guru yang diiringi oleh Dewata Nawa Sanga (sembilan dewa) untuk mengembangkan segala yang lahir dan segala yang tumbuh di seluruh dunia.

Jika dikaji lebih dalam, timbul rasa kagum yang sangat tinggi kepada para Maha Rsi yang telah mengajarkan dan menyebarluaskan agama Hindu di Bali sejak berabad-abad lampau.

Beliau adalah Maha Rsi Markandeya, Mpu Kuturan, dan Danghyang Nirartha, yang telah mengaplikasikan ajaran-ajaran Weda dalam kehidupan sehari-hari, antara lain dengan menetapkan hari-hari raya di Bali, di mana tiap-tiap hari raya mempunyai makna dan merupakan tonggak-tonggak peringatan bagi umat Hindu untuk senantiasa memelihara kehidupan yang sakral dalam mewujudkan dharma.

Kita mempunyai kewajiban mendalami makna hari-hari raya itu serta meresapkannya dalam hati untuk dilaksanakan, agar tercapai kehidupan yang mokshartam jagaditaya ca iti dharmah.

Sekian dulu postingan dari saya hari ini,sebagaimana layaknya hari raya tentunya semua aktivitas di Bal selama har raya Pagerwesi ini diliburkan oleh pemerintah Bali \(´`)/.namun kami masyarakat Bali hari ini disibukkan dengan kegiatan persembahyangan ke Pura dan mebanten sejak pagi harinya.
Read More

Rabu, 30 Maret 2011

Makna dan inti perayaan hari raya Saraswati

Salam Hangat,
Halo readers blog3hari:D,kali ini saya memposting artikel mengenai perayaan hari raya Saraswati..yah,itung-itung buat menambah wawasan kita semua dalam aspek religi khusunya:),sekolah saya SMA N 5 Denpasar pun kini tengah bersiap-siap menyambut datangnya hari raya saraswati ini,pada hari sabtu 2 hari kemudian,semua warga sekolah akan melaksanakan persembahyangan di padmasana(tempat suci) di sekolah kami.

Nah Di Indonesia khususnya di Bali, perayaan ini sudah amat terkenal di kalangan umat Hindu. Tetapi belum begitu banyak yang memahami apa makna dan inti perayaan suci ini. Karena tradisi atau upacara ini berasal dan warisan nenek moyang dan adat secara turun-temurun. Kita hanya meneruskan saja tradisi ini, dan kurang memahami apa makna dan inti yang sebenarnya.

Hari Raya Saraswati adalah perayaan hari diturunkannya ilmu pengetahuan (vidya) dan Tuhan Yang Maha Esa melalui sinar suci-Nya Dewi Saraswati. Pada hari ini adalah waktu yang sangat baik dan tepat untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dianugrahkan vidya (ilmu pengetahuan) dan kecerdasan, sehingga kita akan terbebas dari avidya (kebodohan) dan menuju ke pencerahan atau kebahagiaan abadi.

Perayaan ini berdasarkan perhitungan wuku dilaksanakan enam bulan sekali, tepatnya pada wuku Watugunung hari Saniscara (Sabtu). Pada tahun 2005 ini jatuh pada hari Sabtu tanggal 23 Juli 2005 Masehi, atau Saniscara Umanis wuku Watugunung,Chandra ke-16 Sasih Kasa tahun 1927 Saka, atau bulan Akhad tanggal 16 pada rasi bintang kumba tahun 2062 Sambat.

SIAPAKAH DEWI SARASWATI ?

Dewi Saraswati adalah Shakti (pedamping) dan Dewa Brahma. Semenjak jaman permulaan Beliau sudah dianggap sebagai bundanya alam semesta dan segala penciptaan ini. Karena Beliaulah yang mendapat tugas khusus dan Dewa Brahma/Sang Pencipta untuk mencipta dan merancang semua cip-taan ini.

Kata "Saraswati: ber-asal dari : ‘Sara’ berarti: "Dia yang memberi essensi/arti", ‘Swa’ berarti: 'diri sendiri',dan 'Thi, berarti: 'dia yang mengetahui'. "Sarasvati" juga berarti "yang mengalir", di dalam Rig Weda beliau digambarkan sebagai sebuah sungai yang senantiasa mengalir, beliau memberi kesu-buran setiap kandungan wanita dan juga kesuciaan bagi semua pemu-janya. Oleh karena itu di India terdapat tiga sungai suci, yaitu: Gangga, Yamuna, dan Saraswati, yang selalu di puja dan dihormati.

Nama-nama lain dari Dewi Saraswati adalah: Sarada (Pemberi arti), Vagiswari (Guru tutur bahasa), Brahmi (Pendamping Brahma), Mahavidya (ilmu yang maha tinggi). Beliau adalah personifikasi dari semua bentuk vidya (ilmu), seni, culture, literature, sains, musik, keterampilan, ukir, pahat, patung dan lain-lain.

MAKNA DAN SIMBOL DARI DEWI SARASWATI.

Beliau disimbolkan sebagai seorang dewi yang duduk diatas teratai dengan berwahanakan se-ekor angsa (Hamsa) atau seekor merak, berlengan empat dengan membawa sitar/veena dan ganatri di kedua tangan kanan, tangan kiri membawa pustaka/kitab dan tangan kiri satunya ikut memainkan gitar membawa sitar/veena dan ganatri di kedua tangan kanan, tangan kin membawa pustaka/kitab dan tangan kiri satunya ikut memainkan veena atau bermudra memberkahi.

Makna dan simbol-simbol ini adalah:

1. Berkulit putih, bermakna: sebagai dasar ilmu pengetahuan (vidya) yang putih, bersih dan suci.

2. Kitab/pustaka ditangan kiri, bermakna: Semua bentuk ilmu dan sains yang bersifat se-kular. Tetapi walaupun vidya (ilmu pengetahuan spiritual) dapat mengarahkan kita ke moksha, namun avidya (ilmu pengetahuan sekular jangan diabaikan dulu). Seperti yang dijelaskan Isavasya-Upanishad: "Kita melampaui kelaparan dan da-haga melalui avidya, kemudian baru melalui vidya meniti dan mencapai moksha."

3. Veena, bermakna : seni, musik, budaya dan suara AUM. Juga merupakan simbol keharmonisan pikiran, budhi, kehidupan dengan alam lingkungan.

4. Akshamala/ganatri/tasbih di tangan kanan, bermakna: Ilmu pengetahuan spiritual itu lebih berarti daripada berbagai sains yang bersifat secular (ditangan kiri). Akan tetapi bagaimanapun pentingnya kitab-kitab dan ajaran berbagai ilmu pengetahuan, namun tanpa penghayatan dan bakti yang tulus, maka semua ajaran ini akan mubazir atau sia-sia.

5. Wajah cantik jelita dan kemerah-merahan, bermakna: Simbol kebodohan dan kemewahan duniawi yang sangat memukau namun menye-satkan (avidya).

6. Angsa (Hamsa), melambangkan: Bisa me-nyaring air dan memisahkan mana kotoran dan mana yang bisa dimakan, mana yang baik mana yang buruk, walaupun berada di dalam air yang kotor dan keruh maupun Lumpur, (simbol vidya).

7. Merak , bermakna: berbulu indah, cantik dan cemerlang biarpun habitatnya di hutan. Dan ber-sama dengan angsa bermakna sebagai wahana (alat, perangkat, penyampai pesan-pesan-Nya).

8. Bunga Teratai/Lotus, bermakna: bisa tumbuh dengan subur dan menghasilkan bunga yang in-dah walaupun hidupnya di atas air yang kotor.

MAKNA PEMUJAAN KEPADA DEWI SARASWATI.

Pada masyarakat awam bertanya apa maksud menyembah dewa-dewa atau dewi-dewi melalui simbol-simbol atau patung, gambar dan sebagai-nya? Padahal Tuhan hanya satu, kenapa ada ba-nyak dewa atau dewi?

Dewa berasal dari kata''div" yaitu sinar/pan-caran. Pengertiannya adalah bahwa Tuhan itu adalah satu, tapi mempunyai aspek-aspek de-ngan pancaran sinar-Nya (Nur Illahi) yang bermacam-macam sesuai dengan fungsinya. ang bermacam-macam sesuai dengan fungsinya. Pada saat menciptakan disebut Brahma, saat memelihara disebut Wishnu, dan saat pendaurulang disebut Shiwa, dan sebagainya. Tapi sebenarnya Brahma, Wishnu, Shiva adalah satu (Trimurti).

Para dewa ini mempunyai pendamping (Shak-ti), yaitu: Brahma shakti-Nya Saraswati, Wishnu shakti-Nya Lakshmi dan Shiwa shakti-Nya Parvati (Durga). Disini Dewi Saraswati sebagai aspek Tuhan Yang Maha Esa pada saat menganugrah-kan/munurunkan ilmu pengetahuan (vidya), ke-cerdasan, ucapan, musik, budaya dan seba-gainya. Demikian pula dijabarkan dalam konsep Gayatri yang terdiri dari tiga aspek, yaitu: Saras-wati menguasai ucapan/tutur kata, Gayatri me-nguasai intelek/budhi dan savitri yang menguasai prana/nafas.

Jadi makna pemujaan Dewi Saraswati adalah memuja dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan memfokuskan pada aspek Dewi Sa-raswati (simbol vidya) atas karunia ilmu penge-tahuan yang di karuniakan kepada kita semua, sehingga akan terbebas dan avidyam (kebodoh-an), agar dibimbing menuju ke kedamaian yang abadi dan pencerahan sempurna.

MAKNA PENGAMBARAN DEWA-DEWI DALAM SIMBOL-SIMBOL TERTENTU.

Tuhan Maha Esa tidak bisa digambarkan, tapi mengapa orang meuggambarkan dengan simbol-simbol tertentu, misalnya arca, gambar, dan lain-lain? Bagaimana bentuk Tuhan? Apakah Tuhan itu Arca? Misalnya, seperti Negara Kesatuan Rl kenapa disimbolkan sebagai bendera merah putih? Apakah Indonesia itu berwujud selembar kain bendera? Kenapa kita menghormati ben-dera? Sebagai contoh lagi, seseorang yang se-dang jatuh cinta pada kekasihnya yang berada jauh dan dia. Setiap malam dia memeluk foto, ban-tal atau guling dan membayangkannya sebagai kekesihnya, sambil berkata: 'aku sayang, rindu, dan cinta kamu’. Padahal bukan benda-benda itu yang di cintai, tapi adalah kekasihnya yang berada jauh darinya. Untuk membayangkannya dia meng-gunakan benda-benda itu sebagai sarana untuk memfokuskan kerinduannya pada kekasihnya. Apakah dia mencintai bantal, guling, foto dan se-bagainya? Mengapa demikian?

Disini jawabannya ada dalam konsep "Sat Guna Brahman dan Nir Guna Brahman". 'Sat' berarti: ada/kebenaran/hakiki/yangsesungguhnya. 'Nir' berarti: kosong/tidak ada/nol.' Guna' berarti: sifat, 'Brahman' berarti Tuhan. Satguna Brahman yaitu Tuhan adalah ada dan berwujud. Seluruh semesta ini adalah personifikasi dan Tuhan. Nirguna Brahman adalah Tuhan yang tidak bisa digambarkan atau gaib.

Jadi walaupun Tuhan itu Gaib tapi ada, dan ma-nusia karena kemampuannya terbatas dalam mengkonsentrsi kepada Tuhan, sering menggunakan simbol sebagai sarananya. Bukan arca, ka'bah, salib, linggayoni, padmasana, dan sebagainya yang disembah, itu semua tapi hanya sebagai alat memusatkan konsentrasi kepada Tuhan Yang Maha Esa yang hanya berhak di-sembah.

Demikian pula dengan Dewi Saraswati menga-pa kita memuja-Nya? Karena Dewi Saraswati adalah perwujudan philosofi weda, simbol dan vidya / ilmu pengetahuan, dan menguasai ucapan setiap orang. Kita semua mempunyai pengetahu-an, jiwa seni, intelek, perkataan/ucapan dan lain-lain. Jadi sadar tidak sadar, mau tidak mau, Dewi Saraswati selalu hadir dalam ucapan/perkataan dan pikiran kita semua tanpa membedakan ras, ethnic, agama dan kebangsaan.

MAKNA DARI PERAYAAN DEWI SARASWATI.

Dan perayaan ini kita dapat mengambil hik-mahnya, antara lain:

1. Kita harus bersyukur kepada Hyang Widhi atas kemurahan-Nya yang telah menganugrahkan vidya (ilmu pengetahuan) dan kecerdasan kepada kita semua.

2. Dengan vidya kita harus terbebas dari avidya (kebodohan) dan menuju ke pencerahan, kebe-naran sejati (sat) dan kebahagiaan abadi.

3. Selama ini secara spiritual kita masih tertidur lelap dan diselimuti oleh sang maya (ketidak-benaran) dan avidyam (kebodohan). Dengan vidya ini mari kita berusaha untuk melek/eling/bangun dan tidur kita, hilangkan selimut maya, sadarilah bahwa kita adalah atma, dan akhirnya tercapailah nirwana.

4. Kita belajar dan angsa untuk menjadi orang yang lebih bijaksana. Angsa bisa menyaring air, memisahkan makanan dan kotoran walaupun di air yang keruh/kotor atau lumpur. Juga jadilah orang baik, seperti buruk merak yang berbulu cantik, indah dan cemerlang walaupun hidupnya di hutan.

5. Kita masih memerlukan/mempelajari ilmu pengetahuan dan sains yang sekuler, tetapi harus diimbangi dengan ilmu spiritual dengan peng-hayatan dan bakti yang tulus.

6.Laksanakan Puja/sembahyang sesuai de-ngan kepercayaannya masing-masing secara sederhana dengan bakti yang tulus/ihlas, bisa dirumah, kuil, atau pura dan lain-lain.

Awali dengan Ganesh Mantra, 0m nama saraswati mata ya namah, Tri sandia, Gayatri Saraswati, Mantra Asatoma, Mantra Shanti Universal (Loka samasta sukino bhavantu). Bila dilaksanakan agnihotra (homa yajna) baca 108 Saraswati Nawamali dan ditutup dengan Aarati Sarasvati. Dalam puja ini dianjurkan banyak mem-baca Gayatri Mantra (bait pertama Tri sandia) secara berulang-ulang.

Demikianlah semoga vidya akan membawa kita ke perdamaian secara universal, damai di bumi, damai di langit, damai di surga, (damai semua loka).

0m shanti shanti shanti om...

Read More

Lawar Bali





Lawar is one of Bali’s most famous local dishes. Made from pig’s blood and spices, together with an assortment of other goodies, lawar can be found in every village in Bali.

What is Lawar?
Balinese cuisine has many signature dishes including babi guling and bebek betutu. One of the local dishes that all Balinese love is lawar, with every family making lawar at special occassions such as ceremonies. Attending a wedding ceremony in Bali, foreigner might be asked “Bani ngajeng lawar?” (“Are you brave enough to eat lawar?”). The ingredients of lawar as well as the taste mean westerners often aren’t immediately taken by it.

Ingredients in lawar:
Balinese traditional spices such as kunyit, shrimp paste, salt and ground pepper, galangal and other roots; grated coconut, green beans, boiled young jackfruit and occasionally, singkong leaves, all chopped up and blended together.


Meats used in lawar
The meat distinguishes the type of lawar – chicken, duck, beef, pork, turtle, or even dragonfly. Although it is considered a delicacy at ceremony time, fortunately turtle lawar is becoming less and less common. Dragonfly lawar is most unusual because it takes so much time and money because you have to use so many dragonflies to fill you up! Most lawar has raw blood mixed with it but not all Balinese like this and many prefer their lawar vegetarian.

Below is a recipe for making red Lawar Bali.

Ingredients:

* 10 bean stalk, cut in small slices.
* 300 g young jackfruit, cut in small slices.
* 2 stalks lemongrass, crushed.
* 2 bay leaves.
* 7 fruit chili, cut in small slices.
* 100 grams of aged coconut, grated, roasted.
* 7 cloves garlic, cut in small slices, fried dried.
* 10 red onions, cut in small slices, fried dried.
* 3 pieces of red chilli, cut in small slices, fried.
* cooking oil to taste.


Subtle Seasonings:

* 10 red onions.
* 5 cloves garlic.
* 5 cm kencur.
* 3 cm galangal.
* 7 grain pecan.
* 3 cm turmeric.
* 20 grams sugar.


How to make:

1. Heat the cooking oil.
2. saute until fragrant spices finely.
3. Input string beans, young jackfruit, lemon grass, bay leaves, and cayenne pepper. Stirring occasionally, until cooked.
4. Add the toasted coconut, garlic, onion, and red chili fries. Mix well.
5. Remove and serve with rice and side dishes.



Lawar & ceremonies:
On the day of a ceremony Balinese people rise early to prepare food. The men will take care of the sate, the women chopping away preparing vegetables. Men are also responsible for the lawar and sit in a circle, chopping, chatting, and mashing, generally socializing. There’s no rush in Balinese ceremonies and the men enjoy chatting, sipping a coffee of some arak, while making the lawar.

Where to get lawar:
Lawar can be spicy and very salty, so a small portion is best for your first time. The nasi bungkus (rice to go) that is sold on the street from a motorbike, in small packets for 2,000rp sometimes contains lawar. Glory Restaurant in Legian is one of the places you can get lawar, along with many other authentic Balinese dishes (Sundays is the Balinese buffet).

If you go to a Balinese person’s village tasting lawar and sipping some arak will earn you some ‘bule points’.
Read More

Kamis, 25 Maret 2010

Happy Nyepi Day

Dear Readers,


Beberapa waktu lalu ini di Bali ngerayain Ngrupuk..yaitu satu hari sebelum Nyepi dimana tiap-tiap banjar berkeliling ngarak ogoh-ogoh yaitu semacam boneka besar yang pada umumnya berwujud raksasa atau setan. Acara ini dimaksudkan untuk menghalau makhluk-makhluk jahat agar tidak mengganggu selama peryaan Nyepi berlangsung esok harinya. Tapi seiring dengan perkembangan jaman, Ogoh-ogoh ini ga melulu berbentuk raksasa atau makhluk yang menyeramkan, ada juga yang berbentuk artis-artis atau tokoh-tokoh yang lagi ngetren saat ini. Seperti ogoh-ogoh di daerah Sanur ada yang berbentuk tokoh kartun anak-anak yaitu upin n ipin :D





Berikut ini saya singgung sedikit sejarah ogoh-ogoh masuk ke Bali.Ogoh-ogoh sendiri mulai diperkenalkan sekitar th 1993. Entah darimana inspirasinya, secara spontan anak-anak muda di Denpasar mulai membuat sebuah patung besar berbentuk binatang dari rangkaian bambu yg dihias, kemudian diarak keliling desa saat pengerupukan. Mendapat sambutan yg positif dari masyarakat luas, ogoh-ogoh pun berkembang dari tahun ketahun. Design ogoh-ogoh yg dulunya binatang, kini sudah berkembang menjadi bentuk raksasa, tokoh pewayangan, sampai tokoh kartun & pemain bola. Nilai artistiknya-pun tidak main-main, benar-benar bagus (seniman Bali gitu loh). Akhirnya mulai th 1998 ogoh-ogoh diperlombakan. Ironisnya, hadiah bagi pemenangnya cuman 1.5juta tidak sebanding dgn biaya membuat ogoh-ogh yg mencapai puluhan juta. Tapi semangat anak-anak muda Bali untuk berkarya tidak pernah pudar.






Pada mulanya ogoh-ogoh menginterpretasikan bentuk-bentuk abstrak dari bhuta kala atau energi kegelapan sehingga ogoh-ogoh Nyepi dibuat dalam bentuk makhluk menyeramkan sebagai refleksi sifat-sifat negatif agar tidak mengganggu alam semesta.


Namun, dalam perkembangannya ogoh-ogoh tidako lagi hanya sesosok boneka raksasa dengan wujud menyeramkan, namun kini kreativitas pemuda Bali telah mengembangkan ogoh-ogoh dengan wujud tokoh atau karakter yang tengah popular di masyarakat. Seperti ogoh-ogoh pemain sepakbola Ronaldinho hingga yang saat ini sedang tren di kalangan anak-anak karakter kartun Ipin dan Upin.



Biasanya sebulan sebelum hari ngerupuk para sekehe teruna-teruni di masing-masing banjar akan sibuk membuat ogoh-ogoh dengan segala macam bentuk dan ukuran,mereka pada umumnya membuat ogoh-ogoh tersebut hingga larut malam.kegiatan seperti ini menurut saya sangat bagus untuk mengasah kreatifitas mereka dan sekaligus ikut mengajegan seni budaya Bali.



Keesokan harinya tibalah hari raya nyepi,Hari Raya Nyepi adalah hari pergantian tahun Saka yang dirayakan setiap satu tahun sekali yang jatuh pada sehari sesudah tileming kesanga pada tanggal 1 sasih Kedasa, di mana pada hari tersebut seluruh kegiatan umat berhenti total, khususnya di Pulau Bali.pada hari ini masyarakat dilarang keluar rumah dan pemeluk Agama Hindu dianjurkan untuk menjalankan Catur Brata Penyepian,atau 4 macam hal yang tidak boleh dilakukan, yaitu, Amati Geni (tidak menyalakan api), Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelanguan (tidak bersenang-senang), dan Amati Lelungaan (tidak bepergian). Dalam kesenyapan hari suci Nyepi ini kita mengadakan mawas diri, menyatukan pikiran, serta menyatukan cipta, rasa, dan karsa, menuju penemuan hakikat keberadaan diri kita dan inti sari kehidupan semesta.pada hari raya nyepi ini beberapa hal yang saya sukai adalah suara-suara bising yang hampir tiap hari saya dengar tiba-tiba lenyap,jalanan di Bali menjadi sunyi senyap,hanya ada pecalang(keamanan) yang bertugas mengawasi jalannya hari raya nyepi.bahkan dunia pun mengakui bahwa hari raya nyepi turut membantu mengurangi jumlah polusi kendaraan bermotor di Bali,yang sangat bermanfaat untuk Lingkungan.


Nyepi


Keesokan harinya yaitu hari raya Ngembak Geni, segenap isi rumah keluar pekarangan dan bermaaf-maafan dengan tetangga dan handai tolan yang ditemui, dalam suasana batin yang telah bersih dan dipenuhi kebijaksanaan.


Demikianlah segenap kisah saya tentang apa saja kegiatan masyarakat Bali pada hari raya Nyepi,semoga apa yang telah saya tulis ini bisa bermanfaat bagi saudara sekalian.

Selamat Hari Raya Nyepi,Tahun baru Caka 1932,semoga Ida Shang Hyang Widhi Wasa melimpahkan anugrahnya pada kita semua.


Salaammm......

Read More

Follow This Blog