Sabtu, 27 April 2013

Hari Raya Nyepi, dari, Oleh, dan Untuk Indonesia

Beberapa saat yang lalu umat Hindu di Indonesia baru saja merayakan pergantian Tahun Saka, dimana sekarang Tahun Saka sudah memasuki angka ke 1935. Sudah ribuan tahun lalu sejak Aji Saka dari India pertama kali menginjakkan kaki di tanah Jawa yang berarti saat itu pula penanggalan tahun caka dimulai.
Masyarakat Hindu di Indonesia memaknai perayaan Nyepi ini sebagai momentum untuk merenung, introspeksi diri, serta memohon kepada Ida Shang Hyang Widhi Wasa agar tahun-tahun berikutnya bisa lebih baik daripada tahun sebelumnya. Berbeda dengan kebanyakan perayaan pergantian tahun oleh sejumlah keyakinan yang ada di dunia, perayaan pergantian tahun caka tidak diwarnai dengan hura-hura, pesta, ataupun menggelar acara yang semeriah mungkin hingga konvoi serta berbagai macam kegiatan lainnya yang identik dengan hedonisme. Perayaan pergantian tahun oleh umat Hindu mungkin merupakan satu-satunya di muka bumi ini yang jauh dari hiruk pikuk serta kegiatan-kegiatan bersenang-senang seperti kebanyakan kegiatan pergantian tahun misalnya pergantian tahun baru gregorian atau masehi, pergantian tahun baru Imlek, dan perayaan tahun baru Songkran menurut penanggalan di Thailand. Kesemua perayaan pergantian tahun yang telah disebutkan tadi diisi dengan sederet kegiatan meriah untuk menyambut datangnya lembaran baru di tahun yang baru.
Jika ditilik lebih dalam mengenai peringatan Hari Raya Nyepi yang penuh dengan kesunyian dan ketenangan patutlah kita sebagai umat Hindu berbangga hati karena dengan turut merayakan Nyepi bersama jutaan umat Hindu yang ada di Indonesia itu berarti kita telah melakukan suatu langkah nyata penyelamatan terhadap Bumi tempat kita tinggal. Disadari atau tidak dalam sehari perayaan Nyepi kita umat Hindu telah memberikan kesempatan kepada Ibu Pertiwi untuk beristirahat dan memberikan ruang baginya untuk sejenak menghela napas dari keseharian  yang penuh polusi, pemborosan Sumber Daya Alam (SDA). Inilah salah satu dedikasi Hindu untuk alam, kita adalah aktivis yang “tidak disadari” telah melakukan tindakan nyata untuk membuat bumi ini tetap terjaga keindahan dan kelestariannya. Berkaitan dengan sejumlah kerusakan alam di Indonesia, umat Hindu di Nusantara berusaha mengasihi alam dengan caranya sendiri.
Perayaan Nyepi sudah sangat melekat erat dengan umat Hindu di Bali. Untuk tahun-tahun kedepan diharapkan perayaan Nyepi bukan saja kearifan lokal dari masyarakat Bali saja, umat Hindu di Indonesia tersebar dari Sabang sampai Merauke dan tidak hanya di Bali, Nyepi sebagai salah satu hari raya besar nasional kedepannya semoga bisa menjadi milik semua masyarakat Indonesia dan kearifan masing-masing daerah bisa disatukan melalui peringatan Nyepi. Dalam perayaan Nyepi terkandung ajaran untuk tidak larut dalam kesenangan yang berlebihan, ajakan untuk mencintai alam beserta isinya, dan selalu mengintrospeksi diri sendiri agar menjadi pribadi yang menyenangkan bagi orang lain. Bukan hal yang mustahil apabila nilai-nilai dalam Nyepi bisa menyatu dengan berbagai kearifan lokal di berbagai daerah yang membentang di Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam perayaan Nyepi bukan hanya boleh dilakukan serta dimiliki oleh umat Hindu saja, namun tiap individu sejatinya bisa mensinergikan dan menyatukan prinsip-prinsip perayaan Nyepi dengan kearifan lokal yang berkembang atau ada di masing-masing daerah di Indonesia agar ajaran yang terkandung dalam Hari Raya Nyepi dapat diterima secara luas oleh masyarakat Indonesia sehingga akan meminimalisir terjadinya miskomunikasi serta mispersepsi mengenai perayaan Nyepi antar umat beragama.
  Untuk mencapai semua itu diperlukan kemauan, sebab disetiap ada kemauan pasti di sana ada jalan. Menyatukan kearifan lokal serta melestarikan lingkungan bukan masalah berhasil mencapainya atau tidak, tapi ini menyangkut mau atau tidaknya kita melakukan langkah-langkah kongkrit untuk meraih tujuan tersebut dan perayaan Nyepi tiap tahunnya semakin menguatkan kesadaran kita untuk terus menjaga nilai-nilai lokal yang ada di Indonesia serta keberlangusungan alam semesta, karena Nyepi sedari dulu memang dari, oleh, dan untuk Indonesia.
Read More

Jumat, 19 April 2013

Sekelebat Bayangan Kampung Halaman

Jumat, 19 April 2013....

Ditengah kesibukan mengikuti Ujian Tengah Semester genap ini, disaat materi kuliah seakan membuat pecah otak dan kepala, diantara setumpuk masalah di asrama dan kesunyian kamar 4X3 meter ini entah kenapa pikiran saya tertuju ke kehidupan menyenangkan di rumah. kehidupan yang hangat, segar... Sudah 194 hari sejak semester genap ini bergulir tidak sekalipun saya pernah menginjakkan kaki di halaman rumah. Tidak seperti biasanya saya begitu merindukan aura kamar rumah, sambutan Ajik dan Ibu di rumah serta candaan adik-adik di sana. Mungkin karena pengapnya suasana di tanah rantauan.. mungkin di asrama ini tidak ada sosok teman, mungkin karena tiada lagi tegur sapa diantara penghuni asrama ini. Yang pasti semua kondisi ini  sangatlah mendorong keinginan kembali pulang sangat besar. 

Ingin rasanya segera pulang... segera menghilang... merasakan sejenak damainya kehidupan di rumah agar diri ini tidak seterusnya memikul masalah demi masalah.
Read More

Follow This Blog