Selasa, 31 Juli 2012

MASYARAKAT BALI HARUS CERDAS DALAM MENENTUKAN PILIHAN PADA PEMILUKADA BALI 2013


Pemilukada Gubernur DKI Jakarta telah usai dan menghasilkan pasangan  Jokowi-Ahok sebagai pemenang pada putaran pertama versi quick count, mengungguli pasangan incumbent Foke-Nara yang notabene sebelum digelarnya pemilukada dijagokan akan keluar sebagai pemenang berdasarkan hasil dari pelbagai lembaga survei. Meskipun hasil resmi pada putaran pertama nanti baru akan diumumkan oleh KPU pada tanggal 20 Juli 2012. Namun hasil itu agaknya tidak akan berubah signifikan mengingat pasangan Jokowi-Ahok mendulang suara sebanyak 42,59% jauh mengungguli pesaing terdekatnya Foke-Nara yang mengumpulkan perolehan suara sebanyak 34,32 %. Meskipun demikian, Pemilukada harus dilakukan dalam dua putaran dimana putaran kedua akan dilaksanakan pada September mendatang.  Ya, DKI Jakarta memang menerapkan aturan yang berbeda dalam pemilihan gubernur mereka, karena pasangan calon gubernur dan wakil gubernur harus memperoleh raihan suara sebanyak 50% + 1 untuk dinyatakan sebagai pemenang pemilu.

Banyak lembaga survei menjagokan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli, namun pasangan Jokowi-Ahok mampu membungkam semua hasil survei tersebut dengan memperoleh raihan suara jauh mengungguli Foke-Nara. Banyak kejutan yang terjadi pada Pemilukada DKI Jakarta 2012 ini, seperti kekalahan pasangan Alex Noerdin dan Nono Sampono atas pasangan calon gubernur asal jalur independen Faisal Basri dan Biem enyamin. Secara kasat mata tentu orang akan mengira perolehan suara pasangan Alex-Nono tentu akan unggul atas Faisal-Biem karena Alex-Nono diusung oleh partai penguasa Orde Baru dan beberapa koalisi, namun kenyataan dilapangan berkata lain, justru pasangan independen Faisal-Biem yang perolehan suaranya diatas pasangan Alex-Nono. Hal ini tentunya sangat mengejutkan. 

Kejutan demi kejutan yang hadir di Pemilukada DKI Jakarta tahun ini saya harapkan terjadi juga pada Pemilukada Bali tahun depan. Masyarakat Jakarta telah menyadarkan seluruh masyarakat tanah air bahwa belum tentu semua prediksi yang beredar jauh sebelum Pemilukada itu benar, mereka juga mengajarkan kita untuk memilih pemimpin yang sederhana, mengayomi, dan pro kepada rakyat, hal itu tercermin dalam kepribadian Jokowi yang begitu dicintai oleh masyarakat Solo sebagai Walikota mereka, Jokowi dianggap mampu mengayomi dan memperjuangkan aspirasi masyarakatnya. Hal ini lah yang diyakini sebagai kunci sukses Jokowi  mampu dalam menaklukan liar dan ketatnya pemilukada DKI Jakarta dimana tipe masyarakatnya adalah majemuk dan terdiri dari berbagai golongan yang ada di Nusantara. Ini bisa dijadikan pelajaran bagi siapapun bakal calon gubernur dan wakil gubernur dalam Pemilukada Bali tahun 2013 nanti, hendaknya mereka mengubur anggapan bahwa janji-janji muluk dan pencitraan semu belaka akan mampu menggerakan masyarakat untuk memilih mereka.

Cara lain harus ditempuh, misalnya dengan sikap yang dekat dengan masyarakat, melayani masyarakat dengan setulus hati, jangan hanya janji belaka namun setelah terpilih nanti malah keluar sikap congkaknya. Masyarakat sekarang sudah jauh lebih pintar menilai dan menentukan pilihan mereka. Tingkat pengetahuan masyarakat akan dunia perpolitikan sudah jauh lebih memadai dengan banyaknya tayangan berita dan situasi perpolitikan di tanah air belakangan, jadi jangan harap bisa mengelabui masyarakat lagi dengan janji-janji muluk. Semoga masyarakat Bali mampu bersikap seperti halnya masyarakat ibukota yang cerdas dalam menentukan pilihan dalam Pemilukada Bali tahun depan.

Tidak ada komentar:

Follow This Blog