Berbicara mengenai pilihan, tahukah anda kalau pilihan anda
di hari kemarin akan menentukan anda di hari esok? Kalau belum tahu, ada
baiknya simak saya bercerita mengenai pilihan. Saya sedang diajari tentang
konsekuensi yang hadir dalam setiap pilihan yang kita ambil. Adalah seorang
wanita bernama Nila yang mengajarkan saya itu. Sebuah pelajaran hidup penting
yang boleh dibilang terlambat untuk saya terima. Sebelum ini, saya tidak pernah
belajar dan paham akan sebuah arti pilihan.
Kisah dimulai saat saya memutuskan untuk kuliah di Surabaya,
di sana menjelang tahun ketiga kuliah di Surabaya saya bertemu seorang gadis.
Kami awalnya tidak mengenal satu sama lain, tapi saat pertama saya bertemu dia,
saya rasa... saya jatuh cinta padanya... kami akhirnya sempat bepergian bersama
walau hanya beberapa hari.. berakhirnya cerita kami pada malam itu sebenarnya
hanya luapan emosi sesaat. Dan sebenarnya juga malam itu saya tidak berniat
menjatuhkan pilihan saya ke opsi yang satu itu. Pilihan yang saya ambil malam
itu adalah pilihan yang sebisa mungkin paling saya hindari. Namun apa daya
karena luapan emosi sesaat yang saya katakan tadi entah kenapa lidah terasa
membeku, otak rasanya kacau, dan jiwa terasa nggak menentu sampai pada akhirnya
hati, pikiran, dan jiwa serentak mengendalikan saya untuk mengambil pilihan
yang paling saya hindari. Ya, saya memilih untuk menghentikan cerita saya
dengannya....
Sebenarnya juga ada beberapa faktor yang membuat saya
akhirnya memilih pilihan yang saya paling hindari. Malam itu, sanubari saya
berbisik untuk mendorong saya mengambil pilihan yang sulit tersebut.
“Selama ini hanya satu arah, hanya kamu saja yang aktif
memberi perhatian ke Nila sedangkan dari ia sendiri tidak ada feedback yang
berarti” demikian sanubari berbisik.
“Selama Nila menghadapi suatu masalah, kamu selalu mengkhawatirkan
dia dan selalu berusaha memotivasi dia untuk tegar menghadapi masalahnya. Tapi
cobalah tengok hal kecil Ngga, contoh saat kamu merasa nggak enak badan
pernahkah ia tanya kondisimu bagaimana? jarang bukan?” demikian kali ini
sanubari dan nurani berbisik bersamaan.
Dan akhirnya karena berbagai bisikan itu jari-jari bergerak
sampai tertulis kalimat “Aku nyerah” di layar handphone tanpa saya sadari telah
saya kirim.
Beginilah yang sebenarnya berkecamuk di dalam diri saya
malam itu. Hal yang hanya diketahui oleh satu orang. Apapun itu, pada akhirnya
pilihan saya malam itu membawa suatu konsekuensi yang saya rasakan hingga detik
ini.
Sebenarnya lagi, bisikan-bisikan itu bisa saya mentahkan
dengan jawaban “Cinta tidak pernah menerima, cinta selalu memberi”. Dan itu lah
yang saya rasakan saat bersama Nila. Meskipun kentara seperti satu arah, hanya
saya yang aktif memberi perhatian dan kasih sayang, atau bahkan memberi sedikit
materi yang bisa jadi tidak berarti, tapi saya nggak merasa tebebani. Saat
bersama Nila entah kenapa saya selalu hanya ingin memberi, memberi, dan memberi
yang terbaik untuk Nila. Jarak yang jauh juga pernah saya lalui hanya untuk
bertemu Nila. Pengorbanan yang saya pikir setimpal dengan rasa sayang saya
kepada Nila. Tapi kembali ke pemeo lama “Saya juga manusia”, saya menyadari
betapapun saya tidak pernah berkeberatan selalu memberi, tapi saya juga
memerlukan perhatian dan kasih sayang, dan hal itulah yang saya rasakan kurang
saya dapatkan. Setidaknya feedback sekecil apapun dari Nila entah mengapa tidak
saya rasakan. Mungkin memang benar-benar tidak ada feedback yang saya harapkan ataukah
memang saya yang tidak mampu menerjemahkan setiap kode yang ia berikan.
Terlepas dari apapun itu, saya lega bisa menulis apa yang
sebenarnya terjadi malam itu, apa yang sebenarnya ada dalam pikiran dan
perasaan saya dikala itu. Yang pasti, saya bersyukur bisa mengenal Nila. Ia
sudah mengajarkan saya banyak hal, sebut saja hal-hal kecil seperti sesibuk
apapun kita harus memberi kabar kepada orang terdekat, ia mengajarkan saya
sabar dalam mengerti wanita, bagaimana agar bisa menjadi seseorang yang peka,
dan yang terakhir, ia mengajarkan saya akan konsekuensi yang hadir dalam setiap
pilihan. Mungkin malam itu kata-katanya sedikit mendesak saya untuk memilih
pilihan sulit ini, tapi itu sudah mengajarkan saya banyak hal. Tentang sebuah
keputusan yang harus diambil secara arif bijaksana serta hati-hati, tentang
pentingya menyingkirkan emosi saat kita akan menentukan pilihan.
Sekarang semua sudah terjadi. Apa yang terjadi ya
terjadilah. Saya hanya berusaha menikmati konsekuensi dari pilihan saya malam
itu. Terjadilah hari-hari penuh rasa tidak menentu yang selalu menghantui
belakangan ini. Kembali kepada kalimat awal, pilihan anda kemarin akan
menentukan seperti apa anda esok hari, dan Nila sudah mengajarkan saya hal itu.
Mengutip quote dari sebuah film lawas, “Bukankah dalam kondisi sesulit apapun kita
selalu punya pilihan?”
Akhir kata, tulisan diatas adalah murni sebuah opini dari
saya sendiri dan tidak ada tekanan atau paksaan dari pihak manapun untuk
menuliskannya. Setidaknya untaian kalimat-kalimat di atas sudah mewakili apa
yang saya rasakan kala itu. Apapun itu, saya menyadari banyak kekurangan dan
kesalahan saya terhadap Nila, dan melalui tulisan ini saya ingin meminta maaf
yang sebesar-besarnya apabila pernah ada perkataan ataupun perbuatan yang
pernah melukai hatinya. Sekali lagi, semua tulisan ini hanya pendapat pribadi. J