Minggu, 10 November 2013

Lesson Learned from Bandung

Hari ini kami, tiga orang yg dipilih untuk mewakili mahasiswa Hindu di Universitas Airlangga baru saja selesai ikut kegiatan Utsawa Dharma Gita yg diselenggarakan oleh teman-teman dari Institut Teknologi Telkom. Banyak lomba yang diadakan di acara itu, yah tetapi kami hanya mengikuti lomba Dharma Widya (cerdas cermat) dikarenakan teman-teman kami yang lain berhalangan ikut berpartisipasi lantaran masih berkutat dengan UTS (Ujian Tengah Semester) di kampus kami.

Kami berangkat ke Bandung bermodalkan kepercayaan diri yang tinggi mengingat dua tahun lalu Universitas Airlangga berhasil meraih juara 2 di lomba yang sama. Tak hanya itu, kami juga disangui (dibekali) sedikit dana keberangkatan oleh pihak rektorat. Hehehe... Matur suwun Pak! Jadilah kami berangkat hari Jumat 8 November 2013, jam 8 pagi.

Setelah melalui perjalanan panjang di kereta yang kurang lebih memakan waktu hampir 15 jam dari Surabaya ke Bandung (jujur saja pinggang saya rasanya udah mau lepas gara-gara kelamaan duduk di kereta). huuffth... Akhirnya kami sampai juga di tanah Pariangan! *tepuk tangan*. Sesudah sampai, waktu ternyata menunjukkan pukul 11 malam. Di Stasiun Kiaracondong, Bandung, saya langsung disambut oleh teman dari IT Telkom yang sudah dipersiapkan menjemput peserta lomba. 

Di Bandung, sewaktu malam pertama kami tidak menginap di tempat yang sama. Kami memilih untuk menginap di rumah kenalan kami masing-masing. Tentu saja tujuannya untuk efisiensi biaya. Hehehe... Langsung aja kami minta diantarkan ke rumah kenalan kami masing-masing, saya kebagian nginep di rumah teman lama, teman jaman SMP dulu yang kebetulan juga merupakan salah seorang panitia lomba, namanya Krisna. Dengan wajah letih dan memelas yang saya tunjukkan akhirnya mampu membuat Krisna tidak tega dan membiarkan kamarnya saya "jajah" semalam. Maaf ya Kris malam-malam jadi ngerepotin. Hahaha...

Hari kedua di Bandung acaranya hanya opening ceremony saja. Untuk lombanya dimulai besok pagi. Opening ceremony digelar di Gedung Serba Guna (GSG) Institut Teknologi Telkom. Pada saat inilah saya ketemu dengan saudara jauuuh saya, namanya Prima. Saya biasa manggil dia mbok Prima. Yah secara umurnya yang lebih tua beberapa bulan dari saya sih.. Senang rasanya bisa ketemu mbok Prima lagi, kami seumuran tapi dia lebih ulet dan rajin daripada saya. Kegiatannya di kampus buannyaak sekali. Orangnya juga fokus dan serius kalau menjalani sesuatu. Inilah yang membuat saya kagum dengan dia. Malamnya, mbok Prima ngajak saya jalan-jalan di Kota Bandung, sekalian nyari angin katanya.. (Kalo nyari angin aja mah cukup olesin minyak angin aja kali mbok).

Akhirnya pas jam 9 malam mbok Prima jemput saya di kontrakannya Krisna. Dia pun ngajak saya ke suatu tempat makan yang kalo nggak salah namanya Nasi Kalong. Pikiran saya pun menerawang kemana-mana, "sejak kapan mbok Prima punya hobi makan kelelawar raksasa?!". Apa mungkin karena kebanyakan aktivitas di kampus kali ya sampai-sampai harus makan daging kalong biar stamina menjalani rutinitas tetap terjaga. Ah, sudahlah..

Sesampai di TKP, ternyata yang saya duga tadi salah besar. Nasi kalong nyatanya hanya sebutan makanannya aja, nggak ada implikasinya ke lauk yang dihidangkan. Hadeeh.. Untung saya salah. Nasi Kalong ternyata enak banget, nasinya warna ungu, ya kayak janda-janda gitu deh. Apa asal-usul warna nasinya yang agak keunguan itu ada kaitannya dengan janda-janda di Bandung saya juga kurang tau, yang penting cicipin masakan yang cuma bisa dimakan di Bandung ini. Tempat makannya juga lumayan nyaman gitu sih, ada lilin yang hidup diantara kita, menemani waktu makan (romantis bangeeet... Coba bisa ngajak pacar ke sini ya) mwehehehe...

Waktu keluar ama mbok Prima nggak kerasa cepet banget, dan sudah waktuny kita kembali ke kos dan kontrakan masing-masing. Yaah.. Padahal masih mau lama-lama nih ama mbok Prima *eh* entah kenapa malam itu mbok Prima terlihat sangat anggun dan cantik. Mata terus tertuju padanya. Apa karena saya udah lama nggak ketemu atau dia emang sengaja dandan maksimal buat nyambut saudara jauhnya (jauh secara jarak tempat kuliah dan secara silsilah). Hahaha.. Apapun alasannya aku suka banget mbok Prima malam itu. Kamu cantik banget kak! :)

Yah besoknya setelah mengikuti lomba ternyata modal kepercayaan diri yang kami bawa dari Surabaya nggak cukup membantu menghindari kami dari kekalahan di lomba Dharma Widya. Jadilah kami pulang dengan tangan hampa. Pikiran kami udah nggak tenang karena kemungkinan teman-teman di Surabaya ngamuk gara-gara kami gagal pulang bawa piala udah makin santer terbayang di kepala kami. Huhuhuu...
Mau apa lagi, memang kami tidak mempersiapkan diri secara maksimal. Yaaa beginilah hasilnya, ada pelajaran berharga yang  saya dapat dari Bandung.. Mengenai persiapan maksimal, fokus, dan keseriusan. Pahit memang merasakan kekalahan, tapi kekalahan bukan alasan untuk mundur, kekalahan bagi saya sama seperti obat. Pahit! Tapi karena rasanya yang pahit itulah penyakit yang ada di dalam diri kita bisa disembuhkan bukan? Kekalahan ini adalah obat bagi saya untuk dapat lebih meningkatkan kemampuan lagi dan terus menerus belajar agar kemampuan diri ini terus berkembang.

Begitulah pengalaman saya selama tiga hari di Bandung. Ada pahit dan manis yang datang silih berganti. Manisnya sih datang duluan (bisa ketemu teman-teman lama kayak Krisna, Pitha, dan Yusri. Juga bisa ketemu mbok Prima, si saudara jauh saya. Semoga kita nggak terus-terusan jauh ya mbok. Sekali-sekali ya bisa deketlah dikit, hehehe..). Nggak peduli apapun hasil yang kami dapat di Bandung, saya ingin segera melupakan kekalahan ini sesampai di Surabaya. Menuju kota pahlawan dengan pelajaran berharga dari kota kembang.


Tidak ada komentar:

Follow This Blog