Setelah pamitan ke keluarga besar di Sanur dan Blahbatuh, tepat pukul 15.00 WITA saya sudah siap berangkat ke terminal untuk kemudian mencari bis yang akan mengantar saya sampai ke Surabaya. ini adalah momen-momen krusial, momen-momen yang menyedihkan dimana ibu dengan kehangatan pelukannya merelakan kepergian saya ke daerah nun jauh di seberang pulau sana, saya pun hanya bisa mengucapkan terima kasih banyak atas doa dan dukungannya sembari menahan air mata ini menetes karena tak kuasa menahan haru yang menggebu. Setelah puas bersalaman dengan keluarga akhirnya saya kemudian pergi diantar dengan Ajik saya ke Terminal Ubung yang letaknya persis di Jantung Kota Denpasar.
Sejujurnya kondisi badan saya sangat kelelahan dan drop karena tadi pagi bangun pagi sekali dan letih seusai berkeliling mebanten dan sembahyang di Sanur dan Blahbatuh, kedua tempat itu terpaut jarak yang tidak dekat. Tapi saya paksakan saja untuk berangkat karena tidak mungkin lagi untuk menundanya. Akhirnya setelah pamitan kepada Ajik, Ajik saya pun pulang setelah mengantar saya sampai ke terminal, saya hanya termanggu melihat dari balik kaca bus bayangan Ajik saya yang perlahan semakin menjauh dan mungkin tahun depan baru saya bisa pulang kampung lagi, dimana saya bisa kembali melepas rindu akan kehangatan keluarga, rindu akan suasana rumah yang damai di pedesaan Gianyar.
Pukul 18.00 WITA bis yang saya tumpangi pun mulai berangkat meninggalkan Kota Denpasar dengan kecepatan yang sedang. Saya pun memanfaatkan waktu selama 12 jam di bis dengan beristirahat karena saking capainya dan kepala saya yang sedikit pusing karena kebanyakan begadang akhir-akhir ini. Puja untuk Ida Shang Hyang Widhi Wasa, akhirnya saya selamat sampai di Surabaya pada pagi harinya pukul 04.00 WIB. Saya pun kembali ke asrama tempat saya tinggal selama hidup di perantauan, dimana asrama ini penghuninya adalah saudara-saudara saya dari Bali yang juga sedang menuntut ilmu di Surabaya, nama tempatnya adalah Asrama Mahasiswa Bali Tirta Gangga.
Sesampai di asrama saya sempat tersenetak akan kondisi asrama yang sedemikian parah, berantakan dan kotor karena baru saja tadi malam ada upacara piodalan yang jatuhnya tepat pada saat Kuningan, ya Pura Tirta Gangga yang ada di Asrama kami ini piodalannya memang bertepatan dengan Hari Raya Kuningan, jadi tidak aneh kalau kondisi asrama bisa sedemikian berantakannya.
Kemudian saya pun menghabiskan waktu dari pagi sampai sore harinya dengan tidur, selain karena rasa ngantuk yang menyerang sudah tidak dapat diajak kompromi lagi, kepala saya juga sangat pusing setelah perjalanan dengan bus tadi.
Pada sore harinya pening di kepala saya sudah agak mendingan dan saya keluar kamar melihat teman-teman saya yang sedang sibuk membersihkan sampah-sampah sisa upacara agama kemarin, kami pun bergotong royong membersihkan asrama kami sembari melontarkan canda dan tawa.
Yah, demikian kehidupan saya selama di perantauan... Belajar di kampus, membuat tugas, bersih-bersih di asrama, bercanda dengan teman-teman. Untunglah saya bisa tinggal di asrama, karena kalau pun saya tinggal indekos, belum tentu saya akan kuat menjalani kehidupan di perantuan tanpa adanya teman-teman dari Bali yang juga kuliah di sini. Tentu saya akan diserang dan dilanda kesepian apabila tinggal indekos. Obrolan dan canda teman-teman asrama sangat manjur untuk menggantikan kehangatan keluarga yang saya dapatkan di rumah, dan mungkin akan saya rasakan lagi pada Januari tahun depan.. Semoga...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar