Pemilukada
Gubernur DKI Jakarta telah usai dan menghasilkan pasangan Jokowi-Ahok sebagai pemenang pada putaran
pertama versi quick count, mengungguli
pasangan incumbent Foke-Nara yang
notabene sebelum digelarnya pemilukada dijagokan akan keluar sebagai pemenang
berdasarkan hasil dari pelbagai lembaga survei. Meskipun hasil resmi pada
putaran pertama nanti baru akan diumumkan oleh KPU pada tanggal 20 Juli 2012.
Namun hasil itu agaknya tidak akan berubah signifikan mengingat pasangan
Jokowi-Ahok mendulang suara sebanyak 42,59% jauh mengungguli pesaing
terdekatnya Foke-Nara yang mengumpulkan perolehan suara sebanyak 34,32 %.
Meskipun demikian, Pemilukada harus dilakukan dalam dua putaran dimana putaran
kedua akan dilaksanakan pada September mendatang. Ya, DKI Jakarta memang menerapkan aturan yang
berbeda dalam pemilihan gubernur mereka, karena pasangan calon gubernur dan
wakil gubernur harus memperoleh raihan suara sebanyak 50% + 1 untuk dinyatakan
sebagai pemenang pemilu.
Banyak lembaga survei menjagokan Fauzi Bowo dan
Nachrowi Ramli, namun pasangan Jokowi-Ahok mampu membungkam semua hasil survei
tersebut dengan memperoleh raihan suara jauh mengungguli Foke-Nara. Banyak
kejutan yang terjadi pada Pemilukada DKI Jakarta 2012 ini, seperti kekalahan
pasangan Alex Noerdin dan Nono Sampono atas pasangan calon gubernur asal jalur
independen Faisal Basri dan Biem enyamin. Secara kasat mata tentu orang akan
mengira perolehan suara pasangan Alex-Nono tentu akan unggul atas Faisal-Biem
karena Alex-Nono diusung oleh partai penguasa Orde Baru dan beberapa koalisi,
namun kenyataan dilapangan berkata lain, justru pasangan independen Faisal-Biem
yang perolehan suaranya diatas pasangan Alex-Nono. Hal ini tentunya sangat
mengejutkan.
Kejutan demi kejutan yang hadir di Pemilukada DKI Jakarta tahun
ini saya harapkan terjadi juga pada Pemilukada Bali tahun depan. Masyarakat
Jakarta telah menyadarkan seluruh masyarakat tanah air bahwa belum tentu semua
prediksi yang beredar jauh sebelum Pemilukada itu benar, mereka juga
mengajarkan kita untuk memilih pemimpin yang sederhana, mengayomi, dan pro
kepada rakyat, hal itu tercermin dalam kepribadian Jokowi yang begitu dicintai
oleh masyarakat Solo sebagai Walikota mereka, Jokowi dianggap mampu mengayomi
dan memperjuangkan aspirasi masyarakatnya. Hal ini lah yang diyakini sebagai
kunci sukses Jokowi mampu dalam
menaklukan liar dan ketatnya pemilukada DKI Jakarta dimana tipe masyarakatnya
adalah majemuk dan terdiri dari berbagai golongan yang ada di Nusantara. Ini
bisa dijadikan pelajaran bagi siapapun bakal calon gubernur dan wakil gubernur
dalam Pemilukada Bali tahun 2013 nanti, hendaknya mereka mengubur anggapan
bahwa janji-janji muluk dan pencitraan semu belaka akan mampu menggerakan
masyarakat untuk memilih mereka.
Cara lain harus ditempuh, misalnya dengan
sikap yang dekat dengan masyarakat, melayani masyarakat dengan setulus hati,
jangan hanya janji belaka namun setelah terpilih nanti malah keluar sikap
congkaknya. Masyarakat sekarang sudah jauh lebih pintar menilai dan menentukan
pilihan mereka. Tingkat pengetahuan masyarakat akan dunia perpolitikan sudah
jauh lebih memadai dengan banyaknya tayangan berita dan situasi perpolitikan di
tanah air belakangan, jadi jangan harap bisa mengelabui masyarakat lagi dengan
janji-janji muluk. Semoga masyarakat Bali mampu bersikap seperti halnya
masyarakat ibukota yang cerdas dalam menentukan pilihan dalam Pemilukada Bali
tahun depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar